Oleh : Fr. Stef. Suryanto, CP
Siapakah yang tidak membutuhkan makanan dan minuman? Setiap hari kita perlu makan dan minum. Makanan dan minuman yang kita konsumsi setiap hari berhubungan dengan kelangsungan hidup kita. Untuk itu kita perlu makan dan minum supaya kita dapat melanjutkan kehidupan ini. Siapakah yang dapat hidup tenang, sementara perut kita lapar? Karena itu, wajar bila orang berjerih payah dan bekerja keras, siang dan malam untuk mencari makanan. Tetapi apakah hidup ini cukup kalau kita dapat makan kenyang? Atau dahaga terpuaskan dengan minuman? Perlukah kita makanan lain yang berbeda dengan makanan yang biasa kita makan sehari-hari? Lalu apa artinya, kalau Yesus mengatakan diriNya adalah roti hidup yang membuat orang tidak lapar dan haus lagi (Yoh 6:35)?
Umat Israel dalam perjalanan melintasi padang gurun bersungut-sungut terhadap Musa dan Harun. Mengapa? Karena mereka lapar, mereka tidak mempunyai makanan. Mereka marah: "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaat ini dengan kelaparan" (Kel 6:3) Namun Tuhan tidak mengabaikan keluhan dan kekesalan hati mereka. Dengan penuh kasih Allah menyertai dan membimbing umat Israel melintasi perjuangan panjang menuju tanah terjanji, yang berlimpah susu dan madunya (Kel 3:8). Tuhan sendirilah yang akan memberikan makanan berlimpah yang menghidupkan mereka: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu" (Kel 6:4). Roti dari surga merupakan tanda nyata bagi umat Israel, bahwa Allah senantiasa melibatkan diri dalam hidup mereka. Allah tidak mau membiarkan mereka menderita dan mati kelaparan. Anugerah kehidupan dan keselamatan diberikan kepada umat Israel, karena Allah mengasihi mereka.
Yesus, dalam Injil hari ini (Yoh 6:24-35) menyatakan diri sebagai makanan. Tetapi bukan makanan yang biasa kita cari dan kita makan dalam pengertian duniawi. Yesus tidak mengajarkan soal makanan yang hanya mengenyangkan perut kita untuk beberapa saat saja. Tapi Yesus adalah makanan kehidupan, yang bisa bertahan untuk selama-lamanya dan tidak akan membuat kita lapar lagi. Injil hari ini melanjutkan kisah mukjizat pergandaan roti yang dilakukan Yesus (Yoh 6:1-15).
Setelah orang banyak dikenyangkan Yesus, mereka mencari dan ingin bertemu denganNya. Ketika mereka mendapatkan diriNya, Yesus justru menegur mereka. Mengapa Yesus melakukan itu? Karena Yesus tidak ingin mereka mencari diriNya hanya telah makan kenyang (Yoh 6:26). Yesus tidak membenarkan alasan demikian. Yesus mengharapkan agar mereka percaya kepadaNya sebagai makanan kehidupan. Karena itu Yesus menegur mereka supaya bekerja tidak untuk mendapat makanan yang membinasakan melainkan bekerja untuk mendapat makanan yang dapat bertahan sampai hidup yang kekal (Yoh 6:27). Makanan ini hanya berasal dari Anak Manusia, artinya Yesus sendirilah Makanan itu (ay. 27).
Orang Yahudi dipersalahkan oleh Yesus karena mencari diriNya dengan alasan yang sangat duniawi, karena mereka telah menyaksikan mukjizat Yesus dan ingin makan kenyang lagi. Manusia bukan hanya memerlukan makanan yang sifatnya hanya jasmani saja melainkan makanan sejati yaitu percaya kepada Yesus yang telah diutus Allah (Yoh 6:29).Setiap orang yang datang dan percaya kepadaNya tidak akan pernah merasa lapar dan haus lagi ( Yoh 6:35).
Dalam hidup ini, terkadang kita pun bersikap seperti umat Israel. Kita sering merasa kecewa dan selalu bersungut-sungut hanya karena persoalan perut yang lapar. Itu semua terjadi karena kita kurang percaya kepada Allah. Meskipun demikian, Allah tetap memberikan makanan berlimpah asalkan kita mau datang dan percaya kepadaNya.
Saudara, Yesus adalah makanan yang membawa kehidupan kekal bagi hidup kita. Tapi Yesus akan menjadi makanan kehidupan bila kita menjalin hubungan denganNya dengan menjadikan diriNya sebagai santapan kehidupan kita. Percayalah Yesus adalah Roti Hidup yang me-ng-enyangkan kita sepanjang masa. Amin!**
No comments:
Post a Comment