Phase I
Pada tahun 1970’an beberapa tokoh dari Pakasaaan Kakas seperti:
1. Jan Walandow (Presdir Sarunta Waya)
2. Hein Lalamentik (mantan Gubernur NTT)
3. Hans dan Non Tengker (Ketua Yayasan Gideon)
4. Jules Walandow (wakil Predir Sarunta Waya)
5. Radus Lalamentik (pejabat Departemen Keuangan)
Dari Pakasaan Remboken:
1. Daan Mogot (Kapten (Purn) Pejuang Kemerdekaan)
Dari pakasaan Toudano, Touliang, Toulimambot
1. Frans Sigar (Pejabat Departemen Pertanian)
2. Ben Watulandi (Guru dan Pejuang Kemerdekaan)
3. Giroth Wagey (Guru Pensiunan)
4. Otto Rondonuwu ( mantan anggota DPR, Pejuang)
5. Laksamana (Purn) Frick Sumanti (mantan komandan Koarmil)
6. Hans Kawulusan (Kolonel AL (Purn) Ass. Deputi Dewan Pertahanan Keamanan Nasional)
7. Eddy Mambu (Jaba Utama Muda, Ass. Deputi Pertahanan Nasional)
Mereka sepakat mendirikan suatu perkumpulan dengan nama Pinasungkulan Ne Toudano, suatu wadah beranggotakan orang-orang dirantau berasal dari negeri-negeri sekeliling Danau Tondano.
Untuk memperkenalkan wadah ini kepada masyarakat Jakarta, khususnya masyarakat Kawanua, diadakanlah malam kesenian dengan judul Semalam Suntuk di Danau Tondano. Pergelaran ini diadakan di Istana Olahraga Senayan (Istora), malam pergelaran sempat sukses dihadiri masyarakat Kawanua di Jakarta dan merangsang kawanua-kawanua untuk bergabung dengan perkumpulan yang baru dibentuk. Pinasungkulan Ne Toudano di ketuai oleh Jan Walandow.
Phase II
Atas usulan:
1. LN Palar (Babe) mantan Dubes RI di PBB
2. Willy Pesik (mantan Konjen Deplu di Vietnam)
3. Mayjen Piet Ngantung (dosen Lemhanas)
Ketiga-tiganya bukan orang Toulour, oleh sebabnya mereka anjurkan agar Pinasungkulan Ne Toudano diperluas menjadi Pinasungkulan Ne Kawanua agar seluruh orang-orang Minahasa di rantau terutama di Jakarta dapat tertampung dalam wadah tersebut.
Usul yang simpatik ini diterima dengan baik oleh Perkumpulan Pinasungkulan Ne Toudano dan dipilih sebagai ketua pada wadah itu Laksamana (Purn) Frick Sumanti. Selama kepengurusannya pecatur-pecatur kawanua berjaya di forum nasional dan internasional. Sebagai bukti nyata: Gedung Percasi yang terletak di jalan Tanah Abang I dinamakan Wisma Frick Sumanti.
Phase III
Dalam perkembangan selanjutnya dibawah kepengurusan Mayjen Piet Ngantung, organisasi ini berubah nama menjadi Kerukunan Keluarga Kawanua pada tanggal bulan 1973.
Dalam era ini didirikanlah:
1. Yayasan Kebudayaan Minahasa, sebagai ketua Ibu Non Tengker. dr. Gerard Paat ditampung di YKM karena adalah Ketua Lembaga Minahasa di Taman Ismail Marzuki.
2. Yayasan Toar Lumimuut yang bercita-cita mendirikan Wale Pinaesaan Ne Kawangkoan di Batu Pinabetengan (Kawangkoan).
Phase IV
Mayjen (Purn) Piet Ngantung digantikan oleh Ventje Sumual. Dalam pengurusan beliau KKK berkembang pesat. Hampir seluruh perkumpulan keluarga, negeri/kampung/profesi di Jabotabek bergabung dalam wadah KKK ini ,malahan usaha-usaha untuk menggabungkan perkumpulan-perkumpulan kawanua di Surabaya dan luar negeri seperti Los Angeles (California), New York dalam wadah KKK sudah sedang dilaksanakan.
Dalam kepengurusan Ventje Sumual didirikanlah Gema Mapalus Raya yang telah mendirikan bank-bank perkreditan rakyat di Minahasa sebagai perwujudan kepedulian kawanua-kawanua di rantau untuk ikut membangun Minahasa.
Phase V
Ventje Sumual diganti oleh Benny Tengker yang dikenal besar kepeduliannya pada olahraga sehingga yang menonjol dalam kepengurusannya adalah petinju-petinju ASMI/AMI menjadi terkenal. Kedua, pendekatan dengan Pemda Minahasa dan Majelis Kebudayaan Minahasa diintensifkan sehingga praktis seluruh kegiatan-kegiatan di Minahasa baik itu berupa seminar, peragaan keseniaan, dll dihadiri oleh Pengurus KKK. Sebaliknya Pemda Minahasa dan majelis kebudayaan Minahasa selalu menghadiri kegiatan-kegiatan dari KKK di Jakarta, baik itu perayaan Natal, Paskah, pagelaran-pagelaran kesenian. Terjadi hubungan timbal balik dan hubungan yang erat/mesra.
Phase VI
Kepengurusan 2002-2007 terbentuklah kepemimpinan kolektif yang disepakati oleh Majelis Pekerja Anggota (MPA) berupa Presidium.
Yang masih hidup dari orang-orang yang telah memprakarsai Pinasungkulan Ne Toulour sehingga menjadi Pinasungkulan Ne Kawanua adalah:
1. Mayjen (Purn) Piet Ngantung
2. Kol (Purn) Hans E. Kawulusan (anggota Badan Pembina 2002-2006)
3. Julian Walandow (anggota Badan Pembina 2002-2006)
4. Eddy Mambu, SH (anggota Badan Pembina 2002-2006)
Dari ke 4 orang ini, dapat dikonfirmasi sejarah lahirnya Kerukunan Keluarga Kawanua.
Jakarta, 26 Januari 2003
Ttd
(Eddy Mambu)
Tambahan:
• Tersebut dalam no. 1 diatas, selama ini adalah Ketua phase IV dan Ketua Badan Pembina Yayasan Kebudayaan Minahasa dan Yayasan Toar Lumimuut.
• Tersebut no. 2, duduk sebagai anggota pengurus dalam 3 phase.
• Tersebut no. 3, duduk dalam kepengurusan 3 phase.
• Tersebut no. 4, duduk dalam kepengurusan selama 3 phase dan sekarang menjadi Ketua I Yayasan Kebudayaan Minahasa.
• Tersebut dalam no. 2,3, sekarang anggota Badan Pembina
Catatan:
• Naskah ini diketik kembali oleh Berce J. Paoki sesuai dengan data yang diberikan oleh Ibu. Mona Djemat Sigar sesuai dengan naskah tulisan tangan(terlampir) dari Bapak Eddy Mambu.
HOMEKAWANUA | <<or>> | HOMECLASIC |
April 29, 2007
Sejarah Kawanua
Posted by Meykel Engka at 8:33 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment